Masjid Gedhe Kauman Yogyakarta: Sejarah & Arsitektur

admin

Masjid Gedhe Kauman

Masjid Gedhe Kauman Yogyakarta adalah masjid tua yang dibangun pada abad ke-18. Masjid ini memiliki arsitektur Jawa yang khas dengan atap limasan dan pintu utama berukir. Masjid ini juga memiliki nilai sejarah sebagai tempat pembelajaran agama Islam di masa lalu.

Masjid Gedhe Kauman Yogyakarta Harga Tiket Masuk : Gratis. Jam Buka : 24 Jam. Nomor Telepon : -.
Alamat / Lokasi : Jl. Kauman, Ngupasan, Kec. Gondomanan, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta 55132.

Kehadiran Masjid Gedhe Kauman atau dikenal juga sebagai Masjid Agung Yogyakarta memiliki hubungan yang erat dengan Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat. Sebagai tempat ibadah bagi umat Islam, masjid ini merupakan bangunan yang layak dibangun oleh kerajaan Islam pada masa tersebut.

Proyek pembangunan Masjid Gedhe Kauman Yogyakarta dimulai pada tahun 1773 oleh Sultan Hamengkubuwono I, pendiri Kesultanan Yogyakarta. Pemugaran masjid secara bertahap terus dilakukan oleh pemerintahan sultan-sultan berikutnya sejak awal pembangunan pada tanggal 27 Mei 1773.

Baca: Taman Sari Yogyakarta: Sejarah, Harga Tiket Masuk & Lokasi

Masjid Gedhe Kauman telah mengalami berbagai perubahan dan penambahan arsitektur dalam beberapa tahun terakhir. Namun, meskipun mengalami perubahan, bangunan ini masih mempertahankan keindahan dan keagungan dari masa lalu yang menjadi daya tarik bagi para pengunjung yang ingin mengagumi keindahan arsitektur dan sejarahnya.

Harga Tiket Masuk

Bagi para wisatawan yang ingin berkunjung ke kawasan Masjid Kauman, tidak dikenakan biaya apapun untuk masuk ke area masjid. Namun, untuk fasilitas parkir di sekitar kawasan masjid, dikenakan biaya tertentu yang harus diperhatikan. Berikut adalah tabel rincian biaya parkir di kawasan Masjid Kauman:

  • Sepeda motor: Rp 2.000,- per kendaraan
  • Mobil: Rp 5.000,- per kendaraan

Pastikan Anda mempersiapkan biaya parkir yang sesuai dengan kendaraan yang Anda gunakan. Sehingga Anda dapat menikmati kunjungan ke Masjid Kauman dengan nyaman dan tenang.

Jam Operasional

Anda dapat mengunjungi Masjid Kauman yang terbuka untuk umum selama 24 jam penuh setiap harinya. Namun, waktu yang disarankan untuk berkunjung adalah dari pukul 07.00 WIB hingga 22.00 WIB dengan durasi 1 jam.

Hal ini dilakukan untuk menghargai fungsi utama dari masjid sebagai tempat ibadah sehingga tidak mengganggu jamaah lain yang ingin beribadah. Dalam waktu tersebut, Anda dapat menikmati keindahan arsitektur yang unik serta berbagai kegiatan menarik yang dapat Anda ikuti.

Sejarah Masjid Gedhe Kauman Yogyakarta

Sejarah Masjid Gedhe Kauman Yogyakarta

Pada awalnya, Masjid Gedhe Kauman Yogyakarta hanya terdiri dari satu bangunan utama yang tidak terlalu besar. Namun, karena jumlah jemaah yang semakin bertambah, pada tahun 1775 diputuskan untuk membangun serambi atau beranda yang jauh lebih luas.

Fungsi dari serambi masjid tidak hanya sebagai tempat salat, tetapi juga digunakan sebagai tempat pertemuan ulama, mahkamah syariah, pengadilan perceraian, tempat pengajian, dan pernikahan.

Selain serambi masjid, juga dibangun pemukiman di sekitarnya untuk para pengurus masjid dan masyarakat, yang saat ini dikenal sebagai Kampung Kauman.

Masjid Gedhe Kauman terus diperbaiki oleh pemimpin yang menjabat di Keraton Yogyakarta, termasuk pembangunan lima gerbang pada masa Sultan Hamengkubuwono V, termasuk gapura dan gerbang timur.

Namun, pada tahun 1867, serambi masjid dan gapura mengalami kerusakan akibat gempa bumi. Maka, pada tahun 1868, dibangun kembali serambi masjid dengan ukuran yang dua kali lebih besar di bawah kepemimpinan Sultan Hamengkubuwono VI.

Setahun kemudian, gapura juga dibangun kembali dengan desain yang berbeda dari sebelumnya. Desain gerbang depan ini merupakan akulturasi antara arsitektur tradisional Jawa dan klasik Eropa.

Pada tahun 1917, terdapat pembangunan untuk pejagan yang merupakan tempat penjaga keamanan masjid. Gedung pejagan ini kemudian memiliki sejarah penting sebagai markas Asykar selama Perang Sabil yang membantu tentara Indonesia dalam melawan agresi Belanda.

Hingga saat ini, pemugaran Masjid Gedhe Kauman terus berlanjut dan disesuaikan dengan perkembangan zaman. Salah satu contohnya adalah pergantian lantai masjid yang awalnya terbuat dari batu kali menjadi marmer. Atap masjid juga mengalami perubahan, dari yang sebelumnya menggunakan sirap menjadi seng wiron.

Arsitektur Masjid Gedhe Kauman

Masjid Raya Jogja dibangun di atas tanah milik keraton dengan luas sekitar 16.000 meter persegi. Gaya arsitektur masjid ini mirip dengan Masjid Agung Demak yang bercorak Jawa Islam dengan ornamen khas Keraton Jogja.

Baca: Alun-Alun Kidul Yogyakarta, Pesona Jogja Malam Hari

Masjid yang telah berdiri selama lebih dari 200 tahun ini memiliki banyak bagian menarik. Halaman hingga ruang penyimpanan di dalamnya tidak banyak mengalami perubahan dari bentuk aslinya.

Bagian Atap Masjid

Bagian Atap Masjid

Masjid Gedhe Kauman Yogyakarta memiliki ciri khas pada atapnya yang berbentuk tajug lambang teplok. Atap ini terdiri dari tiga tingkatan yang masing-masing melambangkan tingkatan manusia menurut filosofi tasawuf, yaitu syari’at, thariqat, dan ma’rifat, atau bisa juga diartikan sebagai islam, iman, dan ikhsan.

Bagikan: