Ketika memasuki desa wisata ini, suasana yang tenang dan damai benar-benar terasa. Wisatawan akan melihat pemandangan asri dengan rerumputan dan bunga-bunga yang mempercantik jalan. Deretan rumah petak berbaris rapi dan saling berhadapan di kiri-kanan jalan dengan luas yang sama.
Tak hanya itu, wisatawan akan disuguhi pemandangan desa yang bersih dan terawat meski banyak pengunjung yang datang. Hal ini membuat Desa Penglipuran dinobatkan sebagai desa terbersih ketiga di dunia menurut majalah internasional Boombastic. Penghargaan ini semakin mempopulerkan desa ini bahkan hingga ke mancanegara.
Desa Penglipuran terletak di dataran tinggi, sehingga udara di sana sangat sejuk. Saat berjalan-jalan di desa, wisatawan akan menemukan rumah-rumah tradisional Bali yang memikat. Selain itu, pemandangan alam yang hijau di sekitar desa semakin menambah suasana asri dan damai di sana.
Melihat Kegiatan Tradisional Penduduk
Budaya ramah tamah masyarakat Desa Penglipuran terkenal di seluruh Bali. Mereka dengan tulus menyambut kedatangan setiap wisatawan dengan hati yang hangat dan terbuka. Tidak hanya sampai di situ, para pengunjung bahkan diizinkan untuk masuk ke pekarangan rumah warga.
Dalam kunjungan ke desa wisata ini, wisatawan bisa melihat langsung aktivitas sehari-hari penduduk yang masih dijalankan secara tradisional. Misalnya saja menganyam bambu, bercocok tanam, beternak, atau membuat kerajinan tangan.
Para tamu juga diundang untuk duduk bersama warga dalam sebuah ‘pawon’ tua yang masih digunakan untuk memasak. Pawon ini juga berfungsi sebagai tempat penyimpanan hasil panen di bawah atap dan tempat beristirahat.
Swafoto
Desa Adat Penglipuran memiliki struktur desa yang sangat khas dan asri dengan pola tata letak yang spesifik. Penataan fisik dari struktur desa ini sangat terkait erat dengan budaya masyarakatnya yang telah diterapkan secara turun-temurun. Setiap rumah penduduk desa memiliki gapura dengan desain yang sama, sehingga memberikan kesan konsisten dan seragam pada desa tersebut.
Keunikan dari desa wisata Penglipuran dengan budaya Bali yang khas memberikan banyak pilihan tempat berfoto yang menarik bagi para wisatawan. Setiap sudut desa, baik itu pura, pemukiman adat, atau hutan sekitar desa, semuanya menjadi latar belakang yang sangat indah dan ideal untuk mengabadikan momen liburan Anda.
Mengunjungi Hutan Bambu
Desa Penglipuran telah dianugerahi Kalpataru atas upayanya dalam melestarikan kawasan hutan bambu. Selain digunakan dalam upacara adat, bambu juga dimanfaatkan oleh penduduk desa untuk membangun rumah dan kerajinan tangan. Hutan bambu seluas 45 hektar ini juga berfungsi sebagai penyerap air pada musim hujan dan sebagai penyedia air bersih saat musim kemarau.
Hutan bambu yang ditanam di sekitar 40 persen luas wilayah desa ini menjadi salah satu daya tarik wisatawan. Ketua adat Desa Penglipuran mengatur bahwa bambu-bambu tersebut hanya boleh ditebang dengan izin. Saat angin berhembus, terdengar suara khas dari gesekan pohon bambu yang menambah kesan sejuk dan asri di desa ini.
Menginap Di Rumah Warga
Berbagai pilihan akomodasi tradisional tersedia bagi wisatawan yang ingin memperpanjang masa tinggal di desa wisata Penglipuran. Beberapa rumah penduduk telah diubah menjadi homestay, menawarkan pengalaman menginap yang unik dan berbeda. Rumah-rumah tersebut dibangun dengan dinding batu padas dan atap bambu yang memperkuat kesan alami.
Selama menginap di homestay, wisatawan dapat merasakan langsung kehidupan sehari-hari penduduk desa yang mengikuti tradisi adat. Mereka dapat mengikuti proses pembuatan makanan khas atau hanya menikmati kuliner yang disajikan. Di samping itu, wisatawan juga dapat mempelajari berbagai nilai budaya yang dimiliki oleh masyarakat adat Penglipuran yang langka.
Tidak hanya menawarkan pengalaman unik, homestay di Desa Penglipuran juga telah meraih berbagai penghargaan, seperti Juara I Home Stay Tingkat Provinsi serta Standar Homestay Asia. Seluruh biaya akomodasi sudah mencakup fasilitas lengkap, termasuk sarapan pagi yang disediakan untuk wisatawan.
Mengenal Tata Ruang Tradisional
Desa Penglipuran memiliki 243 kepala keluarga dengan jumlah penduduk sekitar 1015 orang. Konsep Trimandala menjadi dasar arsitektur bangunan di Penglipuran. Trimandala terdiri dari tiga zona yang memiliki tingkat fungsi dan kesucian yang berbeda.
Zona utama adalah Mandala yang merupakan area suci pura tempat beribadah. Kemudian turun ke zona Madya Mandala seluas 9 hektar yang merupakan kawasan permukiman penduduk.
Zona paling bawah adalah kawasan Nista Mandala, yaitu kawasan pemakaman. Konsep Trimandala juga diterapkan pada pekarangan rumah-rumah penduduk, dimana zona utama adalah Mandala sebagai tempat pemujaan keluarga, Madya Mandala sebagai rumah keluarga, dan Nista Mandala sebagai tempat untuk toilet.
Bangunan di Desa Penglipuran dibuat dengan bahan yang sama, seperti tembok dari tanah dan atap dari bambu.